skip to main |
skip to sidebar
Segala puji hanya bagi
Mu Ya Allah, di genggaman-Mu segala apa yang ada di alam, Engkau Yang Maha
Pengampun atas segala dosa dan kesalahan, Maha Penerima Taubat dari hamba-Mu
yang bertaubat, Engkau Yang Maha Dahsyat siksa-Nya, Engkau Yang Maha Luas
Karunia-Nya, Tiada Illah Yang Haq kecuali Engkau, Kepada-Mu Ya Allah kami semua
akan kembali.
Saudaraku…
Sungguh “Tiada suatu haripun yang fajarnya menyingsing dari ufuk Timur
melainkan ia berseru: ”Wahai anak Adam! Aku adalah makhluk yang baru dan aku
menjadi saksi seluruh amal perbuatanmu, maka ambillah bekal dari padaku,
sungguh aku tidak akan pernah kembali lagi hingga datangnya hari kiamat nanti”
(H.R. Abu Nu’aim).
Saudaraku…
Bila detik, menit, dan hari terus berlalu dan tak pernah kembali…lalu apa yang
bisa sudah kita lakukan untuk menyongsong Yaumul Hisab? Sekiranya detik dan
menit dalam hidup kita ini hanya bernilai rupiah dan dolar atau materi semata,
apakah kira-kira yang akan menjadi pemberat amal kita kelak? Jika
langkah-langkah kaki kita yang menapakai bumi ini hanya sebatas rutinitas hampa
akan nilai kesholihan, mampukah kiranya kita memijak panasnya bumi Mahsyar
kelak? Dan kalaulah lemahnya ketaatan diri kita ini yang dominan, bisakah kita menerima
raport amal kita kelak dengan tangan kanan?
Wahai saudara...
Mari kita tengok diri
kita, yang saat ini sedang penat dan letih, yang tersungkur di bawah tindihan
beban hubbud dunya. Mari kita belai jiwa kita, yang saat ini sedang suntuk dan
gelisah dihadapan onggokan noda dan dosa, maksiat dan kesalahan. Mari kita
tengok ke belakang tapak-tapak kehidupan kita dan juga pandang ke depan arah
perjuangan ini.
Saudaraku...
Bawa kembali ingatan
kita atas amal–amal kita kemarin. Mata yang merupakan anugerah Allah ini,
sudahkah ia dipergunakan untuk beribadah dengan penuh kesyukuran. Ataukah kita
pegunakan untuk melihat apa–apa yang bukan menjadi hak kita seperti gambar–gambar
maksiat, atau rekan lawan jenis kita dengan syahwat. Maka mari saudaraku kita
beristighfar atas dosa–dosa mata kita. Pelan saja karena Allah Maha Mendengar.
Astaghfirullah hal ‘adzim....
Kemudian apakah mulut
ini, yang setiap saat selalu keluar kata dan canda. Apakah perkataan yang kita
ucapkan itu baik dan bermanfaat, ataukah banyak ghibah dan menyakiti orang
lain. Berapa banyak dzikir terlantun dari mulut ini setiap harinya. Berapa
banyak untaian ayat–ayat Allah yang terucap darinya. Maka mari saudaraku kita
beristighfar atas dosa–dosa mulut kita. Atas segala ghibah yang pernah kita
lakukan. Atas segala kata–kata pedas yang menyakitkan. Atas segala candaan yang
melenakan. Astaghfirullah hal ‘adzim....
Selanjutnya, bagaimana
dengan anggota tubuh yang lain. Telinga, tangan, kaki, dan anggota badan
lainnya. Apakah kita pergunakan mereka untuk beribadah kepada Allah ataukah
untuk bermaksiat kepada-Nya. Maka mari saudaraku kita beristighfar atas dosa–dosa
anggota tubuh kita. Astaghfirullah hal ‘adzim....
Hasbunallah wa ni’mal
wakil, ni’mal maula wa ni’nan nashir ...
Laa ilaaha illa anta
subhanaka inni kuntu minadz dzolimin...
Allahuma Sholli ‘alaa
muhammad, wa ‘alaa ali muhammad.
Yaa Allah, hanya
engkaulah sebaik–baik pelindung, engkaulah sebaik baik penolong. Dan Engkau
tahu kami ini adalah hamba yang dzolim terhadap diri kami, maka ampunilah kami.
Ampuni tubuh ini jika berbuat maksiat, ampuni jasad ini jika
mengandung barang yang haram, ampuni jika tubuh ini
sering menyakiti orang lain. ampuni jika hati ini masih dengki kepada orang
lain.
Ya Allah, berilah kekuatan
kepada diri ini untuk menjauh dari maksiat, jauhkanlah diri ini dari menyakiti
orang lain, bersihkan hati ini dari dengki kepada saudaraku yang lain. Jadikan
umur yang tersisa ini untuk beribadah kepada-Mu
Saudaraku...
Segarkan ingatan kita
atas kedua orang tua kita. Bayangkan wajah tua mereka. Lupakah engkau dengan
beban, kepayahan, dan kesakitan saat ibumu mengandung, melahirkan dan
membesarkanmu. Lupakah engkau dengan kerutan diwajah ayahmu yang semakin banyak
karena memikirkan bagaimana menghadirkan senyuman dibibirmu dan betapa
berototnya beliau atas kerja keras yang selama ini dilakukan untuk menafkahimu.
Sekarang tanyakan
kepada dirimu sendiri, apakah yang sudah engkau berikan kepada mereka.
Kebahagiaan ataukah kenakalan. Senyuman ataukah beban pikiran.
Sungguh andaikata engkau
hidup ratusan tahun maka tak kan sanggup untuk membalas kebaikan mereka, tapi
mengapa kita durhaka kepada mereka. Mengapa sering kita membantah perkataan
mereka? Mengapa sering kita membebani pikiran dan hati mereka dengan segala
tingkah kita?
Saudaraku...
Mari kita hadirkan
keadaan lingkungan masyarakat kita. Betapa banyak mereka yang melakukan
kesyirikan, dan terbelenggu khurafat. Betapa banyak yang haus untuk bisa
membaca Al Qur’an. Betapa banyak yang jatuh pada jurang kemiskinan yang menjadi
santapan pemurtadan.
Maka, apakah amal yang
telah kau perbuat untuk membantu mereka. Bukankah Rosul telah mengatakan bahwa
barangsiapa seorang muslim bangun dipagi hari tapi tidak memikirkan kepentingan
kaum muslimin bukan ummatnya. Ataukah lupakah engkau dengan kewajiban yang
termuat dalam Al Qur’an untuk amar ma’ruf, nahyi mungkar dan berjihad
dijalan-Nya?
Saudaraku...
Kullu nafsin dzaiqotul
maut...
Setiap yang bernafas
pasti akan mati. Maka apabila sang malaikat maut itu datang, ketika kita belum
mencuci segala dosa–dosa kita. Dosa mata kita, dosa mulut kita, dosa telinga
kita, dosa tangan kita, dosa kita kepada kedua orang tua kita. Dan bagaimana
jika maut itu datang ketika kita belum berbuat baik kepada kedua orang tua
kita, apalagi membalas segala jasanya.
Kemudian bagaimana
jika maut itu datang ketika kita belum berbuat banyak kepada ummat ini, apa
jawaban kita atas kewajiban kita itu dihadapan Allah kelak?
Maka istighfarlah
saudaraku... istighfar... Astagfirullah hal a’dzim....
Saudaraku...
Mari cermati arahan
uswah kita Muhammad SAW: "Wahai sekalian manusia, sungguh...dalam hidup
kalian ada rambu-rambu petunjuk jalan, maka ikutilah rambu-rambu itu, dan
sungguh pada hidup kalian semua ada batas akhir, maka berhentilah pada batas
yang telah ditentukan. Sesungguhnya seorang mukmin itu senantiasa berada pada
rasa takut: antara kehidupan yang telah ia lalui, dimana ia tidak tahu apa yang
diperbuat Allah terhadap dirinya. Apakah Allah catat dia bersama orang-orang
yang sholih atau sebaliknya? Dan waktu hidup yang masih tersisa, di mana ia
tidak tahu apa yang ditetapkan Allah terhadapnya husnul khotimah ataukah
sebaliknya, na'udzubillah ?
Karena itu
saudaraku...
Hendaklah seorang hamba mengoptimalkan potensi dirinya untuk menyelamatkan
dirinya sendiri, menggunakan kehidupan dunianya sebaik-baiknya untuk membangun
kemegahan akhiratnya, menggunakan masa mudanya sebelum tuanya dan
mengoptimalkan detik-detik kehidupan ini sebelum ajal, demi Dzat yang jiwa
Muhammad digenggamanNya, sesudah kematian tak ada kepayahan, sesudah kehidupan
dunia tak ada kehidupan, melainkan Syurga atau Neraka" (H.R. Ibnu Abbas)
Saudaraku...
Sungguh perjalanan hidup kita masih panjang dan melelahkan, bekal kita amatlah
sedikit, sedang tempat kembali kita...? Kita tidak tahu saudarakau...! Apakah
Syurga atau Neraka? Maka saudaraku apa yang bisa kita lakukan saat ini untuk
meraih keindahan hidup kelak, lakukanlah dengan terus mencermati Kalam Rabb
kita (QS. 9:105) "Bekerjalah, berbuatlah, beramallah, Allah dan RasulNya
juga orang-orang beriman akan senantiasa melihat amal-amalmu!" Hanya
kepada Allah Robb Amiin.
0 comments:
Post a Comment
"If you wish to republish this article on your website or blog, please include an active link to the article in question includes all links in the article."